Langsung ke konten utama

Postingan

Hakikat Jiwa

Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Jiwa itu ibarat seperti gunung yang besar, yang sulit untuk ditempuh bagi orang yang berjalan menuju kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, namun tidak ada jalan untuk menuju kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala kecuali harus sampai di puncak gunung tersebut, tetapi diantara mereka ada yang sangat berat untuk sampai ke puncak gunung, dan diantara mereka ada yang mudah untuk sampai ke puncak gunung, dan sesungguhnya perkara itu mudah bagi yang dimudahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ternyata di gunung tersebut banyak lembah-lembah, banyak jalan yang berkelak kelok, banyak halangan-halangan, banyak duri-duri, banyak hal-hal yang bisa mengkaitnya, dan disitu juga ternyata banyak pencuri-pencuri, perampok-perampok yang suka merampok orang-orang yang lewat dijalan tersebut, terutama orang-orang yang berjalan diwaktu malam. Maka jika seorang ketika berjalan menempuh jalan tersebut tidak menyiapkan dirinya dengan persiapan iman, tidak menerangi jalannya dengan l
Postingan terbaru

Berakhlak baik kepada sesama manusia

Hal yang paling wajib untuk kita lakukan dalam kita berakhlak baik kepada sesama makhluk adalah yang pertama , kita tidak menyakiti mereka, baik dengan lisan kita atau dengan perbuatan tangan kita. Berbuat dhalim kepada sesama makhluk berkaitan dengan 3 perkara, : Berkaitan dengan jiwanya / tubuhnya. Termasuk dosa yang paling besar adalah menghilangkan nyawa orang lain (membunuh). kemudian juga kita tidak boleh dhalim terhadap jiwa orang lain dengan cara memukul, menendang atau melukainya. Berkaitan dengan hartanya. Kita tidak boleh mengambil harta orang lain dengan cara yang dholim, jangan sampai kita mendholimi orang lain dalam urusan harta mereka, dengan cara mencuri, menipu, berbuat curang dalam jual beli, tidak mengembalikan hutang dll. Berkaitan dengan kehormatan mereka, dengan cara mencela, menuduh, ghibah dan segala hal yang menjatuhkan kehormatan orang lain. Yang kedua , memberikan manfaat kepada mereka. Kalau kita punya harta, kita bisa memberikan manfaat dengan

Teruslah berada di Mihrab Taubat

Wahai orang yang berdosa! Bila engkau merasakan hembusan balasan, maka janganlah engkau banyak berisik dan jangan sekali-kali engkau berkata , “Aku sudah bertaubat dan menyesal, namun mengapa balasan yang tak aku suka tidak hilang juga dari diriku?!” Karena mungkin saja taubatmu itu belum terealisasi dengan benar. Karena pemberian balasan itu punya rentang waktu yang panjang sebagaimana penyakit menahun berlangsung lama, sehingga tak ada cara yang bisa berguna hingga masa balasan ini berakhir. Maka bersabarlah wahai engkau yang berbuat salah, hingga air matamu bisa mengalir membasahi baju hatimu yang terkena kotoran najis. Bila tangan kesedihan memerasnya, kemudian mencucinya berkali-kali, maka niscaya hati akan menjadi suci. Nabi Adam Alaihissalaam terus menerus menangisi kesalahannya selama 300 tahun. Nabi Ayyub Alaihissalaam terus berada dalam cobaannya selama 18 tahun. Nabi Ya´kub Alaihissalaam dirundung sedih menangisi Nabi Yusuf Alaihissalaam selama 80 tahun. Cobaan

Kisah Pernikahan Julaibib

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya sangat mencintai pada sahabatnya, namun juga sangat memperhatikan keadaan dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Diriwayatkan dalam Musnad Ahmad dan kitab-kitab hadis yang lain bahwa Julaibib, seorang sahabat Anshar adalah orang yang tidak memiliki keistimewaan dunia apa pun. Julaibib tidak memiliki harta dan tidak pula rupawan. Ia juga bukan berasal dari kabilah yang terhormat, tidak memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Akan tetapi Julaibib memiliki satu keistimewaan yang melebihi semua itu. Yaitu ia sangat mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mencintainya. Apakah ada kemuliaan dan kedudukan yang lebih tinggi dari itu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang pemimpin yang selalu memperhatikan kebutuhan-kebutuhan para sahabatnya tanpa membeda-bedakan kedudukan mereka. Suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperhatikan salah seorang sah

Jadilah Sahabat Al Qur`ān

Tingkat keakraban kita dengan al Qurān, akan menentukan derajat kita di dunia dan akhirat. Al Qurān adalah kitab yang mulia, agung dan penuh berkah. Siapa pun yang bersahabat dengannya akan terangkat pula kemuliaannya, dan hidup yang dijalaninya akan dicurahi keberkahan dari Allah jalla wa ‘alā. Al Qurān adalah petunjuk, ia menunjukkan kepada kita jalan yang lurus, menjelaskan arah menuju kepada kebahagiaan, ketenangan dan kemenangan. Dengannya kita akan sampai pada tujuan akhir kita. Al Qurān adalah ruh, ia menghidupkan jiwa dan menggerakkan hati menuju kepada keridhaan Allah. Dengannya hati akan mengenal-Nya, cinta, tawakal, takut dan berharap hanya kepada-Nya. Al Qurān adalah cahaya, ia menerangi jalan kehidupan kita. Dengannya segala bahaya yang akan merugikan kita dapat kita kenali, untuk kita jauhi. Al Qurān adalah pembeda, ia membedakan antara haq dan batil. Dengannya tidak akan terbolak-balik lagi dalam pandangan kita antara yang benar dan yang salah. Al Qurān adalah

Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Furqan Ayat 72, وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا… … orang-orang tersebut seandanya mereka melalui hal-hal yang tidak bermanfaat, maka mereka akan mengabaikan hal tersebut dan melaluinya demi menjaga kehormatan dirinya. Meninggalkan hal yang tidak bermanfaat merupakan ‘ amalan ’ tingkat tinggi, karena banyak diantara kita kadang-kadang masih banyak melakukan hal yang tidak bermanfaat, tidak bermanfaat untuk dunianya juga tidak bermanfaat untuk agamanya. Sebagai contoh, ketika sedang melewati sebuah jalan, kemudian kita melihat keramaian sebuah acara, entah itu ketek ronggeng, kuda lumping atau yang lainnya , kita masih sering mampir mendatanginya dan ikut menyaksikannya. Berapa waktu yang kita habiskan untuk menyaksikan pertunjukan tersebut. Seorang muslim sejati, mereka sangat menjaga waktunya, apabila melewati hal-hal yang tidak bermanfaat, maka ia akan mengabaikan dan tidak kemudian mampir disitu. Mereka m

Tahapan dalam membaca buku

Keadaan awal yang dialami manusia adalah ketidaktahuan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun” [QS. An Nahl : 78]. Pengetahuan tidak dapat diperoleh dalam waktu semalam, dan seseorang tidak bisa menjadi seorang ‘ bibliophile’ yang mengikuti metode membaca yang benar dalam waktu semalam. Mengembangkan kebiasaan membaca memerlukan kesabaran dan membutuhkan waktu setahap demi setahap. Tahapan yang dialami seseorang dalam mengembangkan kebiasaan membacanya, secara umum biasanya melalui lima tahap berikut : Mulai menanamkan kecintaan membaca dalam jiwa dan mulai bersahabat dengan buku. Untuk memulai menanamkan kebiasaan ini, membutuhkan berbagai variasi metode serta konten yang menarik sehingga mendorong seseorang untuk membaca. Seperti Biografi Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasalam , biografi Shahabat dan kisah-kisah menarik lainnya. Serious Reading : Disini membutuhkan banyak ke